Pensil diciptakan pertama kali pada tahun 1564. Berawal dari ditemukannya sebuah tambang grafit (karbon hitam) di Borrowdale, Cumbria, Inggris. Grafit murni itu digergaji menjadi lembaran dan kemudian dipotong menjadi batang-batang persegi. Batang grafit kemudian disatukan dengan batang kayu sebagai pemegang, jadilah pensil. Inggris sempat memonopoli produksi pensil karena tambang grafit hanya ada di Inggris.
Orang Jerman pernah mencoba memproduksi batang grafit yang terbuat dari grafit bubuk, tetapi tidak praktis. Pada tahun 1795, Nicholas Jacques Conte (seorang perwira Perancis pada angkatan perang Napoleon) mematenkan metode modern pembuatan pensil. Conte mencampur bubuk grafit dengan tanah liat untuk membuat batang grafit. Dengan mengubah rasio antara grafit dan tanah liat, kekerasan grafit yang dihasilkan pun akan bervariasi.
Kata “pensil” sendiri berasal dari bahasa Latin “penicillus” yang berarti “little tail” - nama kuas kecil yang digunakan orang-orang Romawi kuno sebagai alat tulis. Grafit (dari bahasa Yunani yang berarti “menulis”) dianalisis secara kimiawi pada tahun 1779 oleh KW Scheele dan diberi nama pada tahun 1789 oleh AG Werner.
Terlepas dari sejarah penemuannya, pensil sebenarnya mempunyai 5 kualitas unggulan yang bisa kita ambil sebagai pelajaran dalam kehidupan.
- Pensil dapat menjadi pengingat. Pensil bisa menghasilkan tulisan yang indah karena ada tangan yang menggerakkannya. Demikian pula dengan kita. Kita bisa menghasilkan sesuatu yang hebat pasti karena ada “tangan” yang menggerakkan kita. Dialah Allah swt yang selalu membimbing kita sesuai dengan ajaran-ajarannya.
- Setelah dipakai beberapa lama, biasanya pensil akan kehilangan ketajamannya alias menjadi tumpul. Di saat seperti inilah pensil membutuhkan peruncing. Peruncing itu seakan membuat pensil menderita. Tapi setelah itu pensil akan menjadi tajam kembali. Demikian pula dengan kita. Allah akan menempa manusia dengan kesulitan-kesulitan, karena hanya dengan itu manusia akan menjadi kuat dan tahan banting. Ingat! Tidak ada keberhasilan yang bisa diraih oleh orang yang lemah.
- Pensil selalu memberi kita kesempatan untuk menggunakan penghapus sebagai upaya memperbaiki kesalahan. Setiap orang pasti pernah membuat kesalahan. Memperbaiki kesalahan dalam hidup ini bukanlah hal yang buruk. Itu bahkan membantu kita untuk tetap berada di jalan yang benar.
- Bagian yang paling penting dari sebuah pensil adalah arang yang ada di dalamnya, bukan warnanya atau kayu pembungkusnya. Demikian pula dengan manusia. Kualitas manusia tidak dinilai dari pangkat, jabatan, dan kekayaannya. Melainkan amal perbuatan dan budi pekertinya. Oleh karena itu, kita perlu terus memupuk kekayaan hati dan mental dalam setiap tindakan kita.
- Pensil selalu meninggalkan goresan. Seperti juga manusia, kita harus sadar bahwa setiap perbuatan kita akan meninggalkan kesan dan goresan. Perbuatan yang baik akan meninggalkan kesan yang baik pula. Demikian pula sebaliknya, perbuatan yang buruk akan meninggalkan kesan yang buruk. Oleh karena itu kita harus berhati-hati dalam bertindak. Jangan sampai kita meninggalkan jejak yang buruk yang akan menjadi beban bagi anak cucu kita kelak.