Banyak dari kita yang menerapkan cara hidup “besar pasak daripada tiang”, atau lebih banyak pengeluaran daripada pemasukan. Kalaupun kemudian bisa menabung, ternyata masih tidak stabil di bulan berikutnya. Bagaimana dengan Anda? Apakah Anda tipe orang yang pengelolaan uangnya “besar pasak daripada tiang”?
Untuk mengetahuinya, ada sejumlah tanda yang bisa dijadikan acuan:
- Keuangan Anda tidak bisa membuat Anda survive sampai enam bulan ke depan
Adalah menarik mengetahui sebesar apa tabungan kita sampai bisa dibilang stabil dari segi keuangan. Sejumlah pakar keuangan, di antaranya Sheryl Garrett, menyebutkan ada baiknya simpanan hari tua, uang darurat, atau apapun sebutannya, dapat membuat Anda bertahan sampai setidaknya selama enam bulan. Itu sudah hitungan biaya makan, transportasi, cicilan, dan sebagainya. Kenapa demikian?
Bayangkan sekiranya Anda diberhentikan atau berhenti dari pekerjaan sekarang, setidaknya Anda masih punya simpanan sampai Anda mendapatkan pekerjaan baru dengan standar gaji yang sama. - Hanya menyisihkan 10 persen dari gaji setiap bulannya
Idealnya seseorang dianjurkan untuk menyisihkan gaji yang diperoleh setiap bulannya sebesar 10 persen untuk hari tua mulai sejak usia 25. Beranjak dari laporan tahun 2011, Center for Retirement Research at Boston College menghitung bahwa jika seseorang menabung sejak usia 25 dan pensiun di usia 70 tahun, ia perlu menyisihkan pendapatan minimal 7 persen supaya mencapai keuangan yang stabil. Kalau mau pensiun lebih awal di usia 65, maka sisihkanlah 15 persen dari gaji Anda setiap bulan. - Cicilan rumah Anda lebih dari satu minggu hitungan gaji
Hal ini berkaitan dengan kemampuan Anda membeli rumah dengan harga sesuai dengan penghasilan Anda. Satu minggu hitungan gaji adalah gambaran kasar saja. “Artinya bahwa pembayaran cicilan Anda tidak boleh lebih dari seperempat dari pendapatan Anda,” ujar Harold Evensky, perencana keuangan bersertifikasi, dan Presiden Evensky & Katz Wealth Management di Coral Gables, Fla. Dengan kata lain, usahakan cicilan rumah Anda kira-kira seperempat saja dari gaji Anda. - Tagihan kartu kredit sama seperti tahun-tahun yang lalu
Hanya dengan mengetahui bahwa tagihan kartu kredit selalu sama, sudah merupakan tanda bahwa Anda lebih banyak mengeluarkan daripada memasukkan uang. Apalagi jika pemakaian kartu kredit justru lebih besar setiap tahun atau setiap bulannya. Karena, utang kartu kredit biasanya tidak membiayai aset yang berkembang, melainkan hanya membiayai gaya hidup. Jika Anda bisa mengontrol diri dan setiap kali mampu mengurangi jumlah tagihan, akan baik untuk kondisi keuangan Anda. - Mudah terayu oleh barang atau cicilan tanpa bunga
Seringkali ada penawaran menarik yang datang menghampiri, di mana Anda bisa membeli barang impian Anda dengan cara mencicil namun Anda bisa membayar cicilannya tanpa bunga, dan sebagainya. Ada juga yang menawarkan pembayaran tanpa bunga dalam periode tertentu, misalnya sampai setahun yang akan datang. Lebih baik tidak ambil resiko, hanya dengan membayangkan apakah Anda mampu membayarnya belakangan. Karena jika sekarang saja Anda tidak mampu, bagaimana nanti? - Membayar tagihan kartu kredit dengan kartu kredit lainnya
Inilah ciri khas lain orang yang besar pasak daripada tiang. Anda selalu mencari kartu kredit baru untuk memindahkan tagihan dari kartu kredit yang lama. Menurut Erin Baehr, perencana keuangan di Stroudsburg, Pa, jika Anda menumpuk utang dalam kartu kredit yang menerapkan bunga tinggi, memindahkan tagihan kartu yang satu ke kartu lain yang bunganya lebih rendah memang akan menguntungkan. Tetapi kalau Anda mentransfer tagihan ke kartu lain yang bunganya tinggi untuk meningkatkan limit kartu kredit, itu bukanlah keputusan yang bijak. - Sebelum membeli sesuatu Anda sering berpikir, “Saya tahu, tidak seharusnya saya membelinya, tapi….”
“Saya sudah bekerja keras, jadi saya berhak atas TV layar datar ini,” atau, “Pekerjaan saya berat, jadi saya butuh liburan untuk kesehatan mental saya,” begitu kata Anda. Kedengarannya familiar, bukan? Seringkali kita mencari alasan atau pembenaran untuk memperoleh sesuatu yang nilainya jauh di atas kemampuan kita membelinya. Boleh percaya boleh tidak, menurut Baehr, kata-kata seperti ini justru sering datang dari orang yang kesulitan keuangan. Kalau Anda stabil secara finansial, biasanya Anda tidak akan mengungkapkan demikian.
Sumber: Kompas