Pandu van Java

Belajar, Berbakti, dan Berjuang

Kekuatan Dahsyat Tersembunyi di Otak Kanan

| Comments

Ada empat macam genius di muka bumi ini. Pertama, genius yang biasa lahir dengan otak normal dan melalui pendidikan formal. Genius seperti itu susah dihasilkan di Indonesia, karena kurikulum yang luar biasa padatnya, keseimbangan antara belajar dan bermain sama sekali timpang. Yang pasti, otak kanan anak sulit berkembang. Akibatnya, daya imaginasi, kreativitas, impian-impian dan karakter yang baik menjadi terhalang.

Genius model kedua, yaitu Born to be genius. Ini adalah anak-anak yang memang dilahirkan sudah genius. Salah satu contohnya adalah Marc Yu dari Amerika Setikat. Dalam usia 6 tahun, dia sudah mampu memainkan komposisi-komposisi piano yang sulit, yang biasanya membutuhkan latihan belasan tahun. Dalam penelitian, ketika otak Marc Yu difoto dengan FMRI di Chicago School Of Medicine, lobo temporal otak kanan daerah seninya, ternyata jauh lebih tebal dan warnanya lebih tua daripada otak anak-anak yang normal. Selain Marc Yu, ada juga Chan Siauw Ming, 9 tahun pianis ajaib dari China, kemudian juga Alexender Prior 16 tahun dari AS, komponis / conductor termuda di dunia. Sejak usia 10 tahun, dia sudah membuat komposisi-komposisi musik untuk orkes simponi. Mozart, Chopin, Tchaikovsky, Michel Angelo diduga termasuk kategori di atas.

Genius yang ketiga yaitu genius among us. Adalah genius yang paling banyak dijumpai di sekitar kita. Genius ini pertama kali ditemukan oleh Dr J Langdon Down pada tahun 1887 dan dikategorikan sebagai savant syndrome. Yakni, suatu kondisi ketidakmampuan mental seseorang, yang diikuti secara kontras oleh kemampuannya yang hebat di bidang-bidang tertentu.

Anak-anak yang menderita autis mempunyai handicap di otak kirinya (Left Brain Injury), kompensasinya otak kanannya akan lepas dan aktif dengan sendirinya. Anak-anak autis, asperger syndrome, down syndrome, cerebal palsy, dyslexia, F.T.D., william syndrome ternyata banyak yang memiliki kemampuan luar biasa di bidang matematika, seni, astronomi, calender calculating, photograph memory, dan lain-lain. Penelitian dari Dr Darold A Treffet dari Wisconsin University, beserta teman-temannya sejak tahun 1970 menemukan, ribuan kasus mengenai kemampuan hebat anak-anak ini. Sebagai contoh adalah Trevor Tao berasal dari Australia. Dia seorang anak autis. Berkat perjuangan gigih ibunya, dia bisa belajar di sekolah umum. Ibunya berperan sekali dalam mendidik Trevor. Dari anak autis yang tak berdaya, sampai mendapat gelar doktor dalam bidang matematika di usianya yang ke 25 di Adelaide University. Stephen Wiltshire lahir di London 1974. Di usia 3 tahun sudah divonis sebagai anak autis. Ia mengalami kesulitan berbicara sampai usianya menginjak 9 tahun. Pada umur 12 tahun kemampuan photograph memory dan melukisnya ditemukan oleh Prof Margaret Hewson. Ia dididik dan berhasil menyelesaikan studi arsitekturnya. Pada usia 20 tahun ia terbang dengan helikopter di atas kota London selama 15 menit. Ia memotret landmark kota London seluas 16 miles persegi dengan otaknya. Setelah turun dari helikopter Stephen meminta disediakan kanvas ukuran 4 x 16 meter. Ia mulai melukis selama 1 minggu penuh ribuan gedung bertingkat di London itu dengan ketepatan dan tingkat akurasi yang tinggi. Kemampuan photograph memory-nya menghantar Stephen Wiltshire menjadi kaya raya.

Banyak sekali penyandang autis mempunyai kemampuan calender calculator, yaitu menebak nama hari. Yang paling fenomenal adalah George Finn, remaja autis asal New York yang dalam hitungan detik dapat menebak dengan tepat, bahwa tanggal 6 Juni tahun 91.360 (abad ke 920) jatuh pada hari Jumat. Thomas Fuller lahir di Afrika Selatan, penyandang autis umur 15 tahun ini bisa menebak dengan tepat dalam waktu 30 detik saja, bahwa 70 tahun, 17 hari dan 12 jam sama dengan 2.210.500.800 detik. Daniel Tammet, lahir 1970 di London. Penyandang Asperger Syndrome sekaligus epilepsi ini, waktu menginjak usia remaja punya kemampuan memori dan menghitung yang luar biasa. Waktu dia diberi soal yang tidak dapat dibagi habis, yaitu 13 : 97, dia langsung menuliskan jawabannya sampai 100 desimal di belakang koma dalam waktu 30 detik saja. Leslie Lemke dari USA, penyandang cerebal palsy yang buta sejak lahir dan baru bisa berjalan pada usia 6 tahun. Ibunya memberikan sebuah piano waktu dia berusia 8 tahun. Tiba-tiba terjadi keajaiban, Leslie langsung bisa memainkan lagu Tchaikovsky’s Piano Concerto no 1 dengan sempurna, walau hanya baru sekali mendengar lagu tersebut lewat radio. Tanpa pernah belajar piano, Leslie Lemke kemudian berhasil menjadi pianis profesional yang hebat di jalur klasik maupun jazz. Zhou-Zhou adalah remaja down syndrome dari China yang IQ-nya cuma 30, jadi tergolong idiot. Walaupun tidak pernah belajar musik sepanjang hidupnya, tiba-tiba dia mampu menjadi konduktor hebat pada Orkes Simfoni Nasional China. Zhou-Zhou bersama orkes simfoninya berhasil mengguncang daratan China, Jepang, Amerika Utara dan Benua Eropa. Selama Zhou-Zhou memimpin orkestra, not-notnya betul-betul berterbangan di depan matanya.

Sumber: www.suaramerdeka.com

Komentar